Iran terus menggempur Israel dengan ratusan rudal balistik hingga hipersonik dalam beberapa jam terakhir pada Selasa malam (1/10). Hal ini membuat benteng pertahanan udara Israel, Iron Dome, kewalahan menghadapi banyaknya roket-roket Iran.
Iran menembakkan sekitar 180 rudal balistik dan roket ke Israel sebagai balasan atas kematian milisi pro-Teheran, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan yang terbaru pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.
Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengeklaim 90 persen rudal yang mereka lepaskan tepat sasaran. Teheran juga memamerkan bahwa pasukannya menggunakan rudal hipersonik Fattah buatan lokal untuk pertama kalinya dalam serangan ke Israel ini.
Tidak sedikit pihak yang menganggap Iron Dome, benteng pertahanan Israel ini, jebol dan kewalahan menghadapi serangan ratusan roket Iran. Kondisi ini serupa ketika Hamas meluncurkan rentetan roket ke wilayah Israel pada 7 Oktober tahun lalu.
Apa sebenarnya Iron Dome?
Sistem pertahanan Iron Dome dikembangkan oleh Rafael Advanced Defence Systems milik Israel dengan dukungan Amerika Serikat (AS), untuk melawan ancaman seperti roket, mortir, dan pesawat tak berawak atau drone.
Pada dasarnya, sistem ini mencegat roket dan rudal dengan pencegat roketnya sendiri, dan menggunakan radar untuk mendeteksi dan melacaknya.
Iron Dome dikenal sebagai salah satu sistem pertahanan udara paling efektif di dunia. Sistem ini dirancang untuk merespons ancaman jarak pendek dari Gaza dan Lebanon Selatan. Kementerian Pertahanan Israel mengeklaim sistem ini mampu menangani berbagai ancaman secara bersamaan, dengan tingkat keberhasilan hingga 90 persen.
Saat ini, Israel memiliki 10 unit perangkat Iron Dome yang ditempatkan di seluruh negeri. Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Iron Dome dapat memberikan perlindungan skala kota terhadap roket dengan jangkauan antara empat hingga 70 km.
Setiap unitnya mampu melindungi hingga 155 kilometer persegi dan ditempatkan secara strategis di sekitar kota dan daerah berpenduduk. Satu unit perangkat terdiri dari tiga hingga empat peluncur, dan setiap peluncur dapat menampung hingga 20 penangkis.
“Tergantung pada berapa banyak rudal yang ditembakkan ke arah Anda, Anda harus memiliki cakupan yang menyeluruh untuk baterai Iron Dome,” kata Michael Shoebridge, direktur dan pendiri Strategic Analysis Australia, lembaga think tank yang berfokus pada pertahanan dan keamanan, mengutip ABC tahun lalu.
“Untuk memberikan gambaran tentang cakupan yang Anda perlukan, jika Anda mempertahankan diri dari 1.000 rudal yang masuk, Anda memerlukan setidaknya 1.000 pencegat rudal,” tambahnya.
Setiap baterai Iron Dome dilaporkan berharga sekitar US$100 juta (Rp1,5 triliun), dan setiap rudal pencegat sekitar US$50.000.
Untuk menghemat pencegat, sistem radar dengan cepat menentukan apakah sebuah roket berada di jalur yang akan menghantam daerah berpenduduk; jika tidak, roket itu diabaikan dan dibiarkan mendarat tanpa bahaya.
Kelemahan Iron Dome
IDF mengklaim Iron Dome memiliki tingkat keberhasilan 85-90 persen dalam mencegat rudal yang masuk. Sistem ini sangat diakui dan tingkat keberhasilannya selama satu dekade terakhir telah menarik perhatian internasional.
Rafael mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan dua baterai Iron Dome ke Angkatan Darat AS, dan Ukraina juga telah mencari pasokan dalam perangnya dengan Rusia. Tetapi seperti sistem pertahanan udara lainnya, sistem ini memiliki kelemahan.
Tahun lalu, Hamas mengeklaim meluncurkan sekitar 5.000 roket ke Israel dalam waktu sekitar 20 menit pada 7 Oktober. Sementara, IDF memperkirakan 2.200 roket ditembakkan, tetapi tidak merilis angka berapa banyak yang berhasil dicegat.
Kali ini, serangan roket ke Israel lebih kuat dan lebih banyak, karena bukan cuma menghadapi Hamas, tapi juga Iran dan Hizbullah yang merupakan sekutu kelompok militan tersebut.
Malcolm Davis, analis senior di bidang strategi pertahanan di Australian Strategic Policy Institute, mengatakan bahwa Iron Dome yang kewalahan menghadapi serbuan roket itu jadi titik lemah sistem pertahanan tersebut.
“Anda telah melihat rekaman rudal pencegat [Israel] yang meledakkan roket Hamas di udara, tapi jumlah rudal pencegat ini terbatas,” kata Davis.
“Jadi salah satu cara untuk mengalahkannya adalah dengan membuatnya kewalahan. Dan itu adalah kelemahan dari sistem pertahanan udara mana pun,” lanjutnya.
Wanti-wanti AS
Amerika Serikat selaku sekutu Israel sebelumnya juga sudah mewanti-wanti bahwa perang berkepenjangan di timur tengah, khususnya antara Israel dengan Hizbullah, Iran, dan Hamas, akan membuat Iron Dome kewalahan.
Tiga pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa Hizbullah kemungkinan akan meluncurkan rentetan serangan udara dan membuat sistem pertahanan Israel kelimpungan.
“Kami menilai bahwa setidaknya beberapa [baterai Iron Dome] akan kewalahan [merespons serangan Hizbullah],” kata seorang pejabat administrasi senior, seperti dikutip CNN.
Pasalnya, selama beberapa tahun belakangan, Hizbullah telah menimbun amunisi dan rudal-rudal presisi dari Iran.