Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa Planet Merkurius, planet terkecil di tata surya, memiliki tambang berlian. Berikut fakta-faktanya.
Penelitian ini menggunakan data-data dari wahana antariksa MESSENGER milik NASA. Berangkat dari data-data yang dikumpulkan tersebut, para ahli menemukan mantel berlian setebal 10 mil di bawah kerak Merkurius.
“Kami menghitung bahwa dengan perkiraan baru tekanan pada batas mantel-inti, dan mengetahui bahwa Merkurius adalah planet yang kaya akan karbon,” kata anggota tim Olivier Namur, profesor di KU Leuven, mengutip Space, Jumat (26/7).
“Maka mineral yang mengandung karbon yang akan terbentuk pada antarmuka antara mantel dan inti adalah berlian, bukan grafit,” lanjut dia.
Studi baru ini juga berkaitan dengan penemuan yang mengejutkan beberapa tahun lalu, ketika para ilmuwan mengevaluasi ulang distribusi massa di Merkurius, dan menemukan mantel planet kecil ini lebih tebal dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Kami langsung berpikir bahwa hal ini pasti memiliki implikasi yang sangat besar untuk spesiasi [distribusi elemen atau alotrop di antara spesies kimia dalam suatu sistem] karbon, berlian vs grafit, di Merkurius,” kata Namur.
Tim menyelidiki hal ini di Bumi dengan menggunakan mesin cetak bervolume besar untuk meniru tekanan dan temperatur yang ada di bagian dalam Merkurius. Mereka menerapkan tekanan yang luar biasa besar, lebih dari tujuh gigapascal, pada silikat sintetis yang bertindak sebagai proksi untuk materi yang ditemukan di mantel Merkurius, yang mencapai suhu hingga 2.177 derajat Celsius.
Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari bagaimana mineral seperti yang ditemukan di mantel Merkurius pada awal keberadaannya berubah dalam kondisi ini. Mereka juga menggunakan pemodelan komputer untuk mengkaji data interior Merkurius, yang memberikan petunjuk bagaimana mantel berlian Merkurius bisa terbentuk.
“Kami percaya bahwa berlian bisa terbentuk melalui dua proses. Pertama, kristalisasi lautan magma, tapi proses ini kemungkinan besar hanya membentuk lapisan berlian yang sangat tipis pada antarmuka inti dan mantel,” jelas Namur.
“Kedua, dan yang paling penting, kristalisasi inti logam Merkurius,” imbuhnya.
Namur mengatakan ketika Merkurius terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, inti planet ini sepenuhnya cair, yang semakin lama semakin mengkristal. Sifat pasti dari fase padat yang terbentuk di inti bagian dalam saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi tim percaya bahwa fase ini pasti rendah karbon atau “miskin karbon”.
“Inti cair sebelum kristalisasi mengandung sejumlah karbon; oleh karena itu, kristalisasi menyebabkan pengayaan karbon pada lelehan sisa,” lanjutnya.
“Pada titik tertentu, ambang batas kelarutan tercapai, yang berarti cairan tidak dapat melarutkan lebih banyak karbon, dan berlian pun terbentuk,” ujar dia lagi.
Berlian adalah mineral padat tapi tidak sepadat logam, yang berarti bahwa selama proses ini, berlian akan melayang ke bagian atas inti, berhenti di batas inti Merkurius dan mantelnya. Hal ini akan menghasilkan pembentukan lapisan berlian setebal 1 km yang kemudian terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Penemuan ini menyoroti perbedaan antara kelahiran planet terdekat dengan matahari jika dibandingkan dengan penciptaan planet berbatu lainnya di tata surya, yaitu Venus, Bumi, dan Mars.
“Merkurius terbentuk lebih dekat dengan matahari, kemungkinan besar dari awan debu yang kaya akan karbon. Akibatnya, Merkurius mengandung lebih sedikit oksigen dan lebih banyak karbon daripada planet lain, yang menyebabkan terbentuknya lapisan berlian,” tambah Namur. “Namun, inti Bumi juga mengandung karbon, dan pembentukan berlian di inti Bumi telah disarankan oleh berbagai peneliti.”