Peneliti baru-baru ini memecahkan kode Imago Mundi, lempengan batu dari Babilonia berumur 3.000 tahun, yang dianggap sebagai peta tertua di dunia.
Peta berhuruf paku dari abad ke-6 SM ini menunjukkan peta tampilan udara Mesopotamia, wilayah sarat sejarah yang berada di Sungai Eufrat dan Tigris. Wilayah tersebut kini lebih dikenal dengan negara Irak.
Peta tersebut menunjukkan Mesopotamia dikelilingi oleh sebuah cincin ganda, para pembuat petanya melabeli hal itu sebagai “sungai pahit”, atau sungai yang menciptakan perbatasan di sekitar dunia yang dikenal oleh bangsa Babilonia.
Di dalam sungai pahit, lingkaran-lingkaran kecil dan persegi panjang melambangkan berbagai kota dan suku di Mesopotamia, termasuk Babilonia, dan persegi panjang lainnya melambangkan Sungai Efrat.
“Anda telah merangkum dalam diagram melingkar ini seluruh dunia yang dikenal di mana orang-orang hidup, berkembang dan mati,” kata Irving Finkel, kurator British Museum dan ahli tulisan paku, mengutip New York Post, Selasa (17/9).
“Namun, peta ini lebih dari sekadar itu,” ujarnya.
Peta ini berukuran 12,2 cm x 8,2 centimeter dan dibuat kira-kira pada abad keenam sebelum masehi. Saat ini, Imago Mundi disimpan oleh pihak British Museum.
Peta ini menggambarkan orang-orang Babilonia memandang dunia ribuan tahun lalu, serta gagasan orang-orang masa lampu terhadap dunia di masa sebelumnya.
Contohnya, dunia kuno ditampilkan sebagai cakram tunggal, yang dikelilingi oleh cincin air yang disebut sungai pahit. Sementara, pusat dunia yang digambarkan peta tersebut terdapat Sungai Efrat dan kota kuno Mesopotamia, Babilonia.
Mengutip Live Science, Imago Mundi juga menggambarkan penciptaan dunia oleh Marduk, dewa utama Babylonia. Deskripsi ini menyebutkan lebih dari selusin hewan, seperti kambing gunung, singa, macan tutul, hyena, dan serigala.
Selain itu, peta tertua di dunia ini juga menceritakan kisah Utnapishtim, seorang raja yang selamat dari banjir besar. Menurut Finkel, hal tersebut merupakan kisah Nabi Nuh dan bahteranya, yang identik dalam agama Samawi atau Abrahamik.
Finkel mengatakan orang-orang Babilonia kuno mempercayai bahwa sisa-sisa bahtera raksasa yang dibangun pada tahun 1800 SM oleh Nabi Nuh versi mereka yang bernama Utnapishtim.
Kisah tersebut mengungkap Utnapishtim membuat bahtera raksasa atas perintah Tuhan di seberang sungai di bagian belakang sebuah gunung- yaitu gunung yang sama dengan tempat Bahtera Nuh karam, menurut Alkitab.
“Itu adalah hal yang cukup penting, hal yang cukup menarik untuk dipikirkan karena hal itu menunjukkan bahwa ceritanya sama, dan tentu saja, yang satu mengarah ke yang lain,” jelas Finkel.